Sabtu, 25 Desember 2010

OSTEOPOROSIS

Osteoporosis atau keropos tulang merupakan kelainan metabolik tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

            Penyakit ini sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Kelainan ini 2-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh penderita, satu diantara tiga wanita yang berumur di atas 60 tahun dan satu diantara enam pria yang berumur diatas 75 tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini. Osteoporosis merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun anatara faktor genetik dan faktor lingkungan.

      Pilihan untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis telah berkembang secara signifikan dalam 5 tahun terkahir dan kemungkinan akan terus berubah dalam tahun-tahun mendatang. 

Ingat bahwa tulang secara konstan terbentuk dan teresorpsi. Tingkat remodiling berbeda-beda diantara orang-orang, di antara tulang yangberbada, dan pada usia yangberbeda. Diet danaktivitas fisik mempunyai peran besar dalam mempertahankan massa tulang.


BAB II

ISI MAKALAH


Osteoporosis adalah istilah yang digunakan untuk serangkaian set pednyakit yang ditandai dengan hilangnya massa tulang. Keadaan ini merupakan penyakit tulang metabolik yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab penting morbiditas pada lansia

Faktor-faktor risiko terjadinya osteoporosis adalah :

Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.

Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid menurun.

Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum komsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% Intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam memiliki risiko yang signifikan.

Keturunan

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh, itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

Gaya hidup kurang baik

Malas berolahraga seperti wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang  akan berkurang, semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa, perokok berat ternyata rokok dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, perokok sangat rentan terkena osteoporosis karena zat nikotin didalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi, kurang kalsium seperti jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang, peminum alkohol berat, dan peminum kopi berat.

Mengkomsumsi obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikomsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang sebab kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis.

Kurus dan mungil

Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada daerah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.


JENIS-JENIS OSTEOPOROSIS

            Dikenal beberapa jenis osteoporosis yaitu :

Osteoporosis primer

Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe, yaitu  :

Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pasca menopause

Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria maupun wanita

Osteoporosis sekunder

Terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang dan obat-obatan yang toksik untuk tulang misalnya glukokortikoid

Osteoporosis Postmenopausal

Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis

Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Osteoporosis Idiopatik

Adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada

Usia kanak-kanak (juvenil)

Usia remaja (adolesan)

Wanita pra-menopause

Diagnosa Osteoporosis

Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukn pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu :

1. Densitometer (lunar)

Menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.

2. Densitometer-USG

 Pemeriksaanini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai anatar -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin (CTx)

Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx(C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang.

Diluar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain :

1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.

2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.

3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.

4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.


GAMBARAN KLINIS

               Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah :

Nyeri tulang

      Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.




       2.  Deformitas tulang

      Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

PILIHAN OBAT OSTEOPOROSIS

Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari berbagai macam obat (bifosfonat/bisphosphonats, terapi hormon estrogen, selective estrogen receptor modulators) dan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup.

Obat untuk osteoporosis  harus menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi resiko tulang patah. Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilangan tulang, golongan obat tersebut diantaranya :

1. Golongan BIfosfonat

Bifosfonat menghambat aktivitas osteoklastik dan menurunkan pergantian dan resorpsi tulang. Obat ini terbukti menurunkan insidansi fruktur.

Senyawa-senyawa ini terbukti memperbaiki massa tulang pada osteoporosis yang telah terdiagnosis. Senyawa-senyawa ini tidak diabsorpsi dengan baik dari saluran gastrointestinal (GI), dan absorpsi semakin berkurang dengan adanya makanan. Senyawa-senyawa bifosfonat berikatan dengan tulang sehingga dosis tunggal memberikan efek yang berlangsung lama. Hal ini merupakandasar pemberian dosis sekali seminggu atausekali sebelum yang saat initersedia. Obat-obat ini juga telah digunakan pada penyakit paget.

Bifosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan. Bifosfonat dapat mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang, dan meningkatkan kepadatan tulang di punggung dan panggul, dan mengurangi resiko patah tulang.

Golongan bifosfonat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate, Clodronate, Zoledronate ( Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronate berfungsi :

Mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause.

Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul.

Mengurangi angka kejadian patah tulang.

 Supaya diserap dengan baik, alendronate harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yabg lain. Alendronate bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya.

Asam Ibandronate adalah bifosfonat yang sangat poten dan bekerja secara selektif pada jaringan tulang dan secara spesifik menghambat aktivitas osteoklas tanpa mempengaruhi formasi tulang secara langsung. Dengan kata lain menghambat resorpsi tulang. Dosis 150 mg sekali sebulan.

Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk terapi lainnya misalnya untuk hiperkalsemia, sebagai contoh Zoledronic acid. Zoledronic acid digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi ada darah yang mungkin disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic acid juga digunakan bersama kemoterapi kanker untuk mengobati tulang yang rusak yang disebabkan multiple myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang.

Zoledronid acid bukan obat kanker dan tidak akan memperlambat atau menghentikan penyebaran kanker. Tetapi dapat digunakan unuk mengobati penyakit tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara memperlambat kerusakan tulang dan menurunkan pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah.

2. Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM)

 Terapi hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca menopause, efektif mengurangi tunover tulang dan memperlambat hilangnya massa tulang. Tapi pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan peningkatan resiko keganasan pada rahim dan payudara. Sehingga sekarang sebagai alternatif pengganti estrogen adalah golongan obat yang disebut SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Obat ini berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak memiliki fek negatif dari estrogen, obat golongan SERMs adalah Raloxifene.




3. Metabolit vitamin D

Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D yaitu kalsitriol dan alpha kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis.

Suplemen vitamin D dan kalsium telah digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Defisiensi vitamin D dapat terjadi pada perempuan tua yang hanya tinggal di dalam rumah.

4. Kalsitonin

Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Salmon Kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis. Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. Sediaan yang ada dalam bentuk injeksi. Dosis rekomendasinya adalah 100 mg sehari, dicampur dengan 600 mg kalsium dan 400 mg vitamin D. Kalsitonin menekan aksi osteoklas dan menghambat pengeluarannya.

Secara normal dihasilkan dalam tubuh, kalsitonin mengatur kadar kalsium dengan menghambat aktivitas osteoklastik (rusaknya tulang). Kalsitonin dapat digunakan untuk pengobatan osteoporosis yang jelas atas pemakaiannya. Kalsitonin harus diberikan melalui subkutan atau semprotan hidung. Kalsitonin mempunyai beberapa kerja analgetik, yang kemungkinan bermanfaat untuk pasien yang mengalami fraktur.

 

5. Strontium ranelate

Stronsium ranelate meningkatkan pembentukan tulang seperti prekursor osteoblas dan pembuatan kolagen, menurunkan resopsi tulang dengan menurunkan aktivitas osteoklas. Hasilnya adalah keseimbangan turnover tulang dalam proses pembentukan tulang. Berdasarkan hasil uji klinik, stronsium ranelate terbukti menurunkan patah tulang vertebral sebanyak 41% selama 3 tahun.

Kebanyakan kasus osteoporosis yang terjadi dalam masyarakat biasanya menggunakan obat diantaranya :

1. Ketorolac inj

Cara kerja obat

Ketorolac tromethamine adalah suatu NSAID, ia memiliki aktivitas antiinflamasi, analgetik dan antipiretik, yang menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan melalui penghambatan cyclooxygenase, enzim yang mengkatalisis pembentukan precursor prostaglandin (endoperoxides) dari asam arakidonat.

Indikasi

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan nyeri akut yang sedang sampai berat dalam jangka pendek, yang membutuhkan analgesik setingkat dengan opioid,biasanya pada kasus setelah operasi.

Dosis dan Cara Pemberian

Dewasa : mula-mula 10 mg IM atau bolus IV, kemudian 10-30 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan sampai total maksimum dosis harian 90 mg (60 mg pada pasien lanjut usia, pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan dan pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg). Pemberian injeksi IV sekurang-kurangnya dilakukan selama 15 detik. Durasi maksimum terapi tidak boleh lebih dari 2 hari. Penggunaan harus dimulai dari dosis efektif yang paling rendah dan dalam jangka waktu sesingkat mungkin bagi semua pasien.

Kontraindikasi

Peptik ulcer aktif, penyakit cerebrovaskular, diatesis pendarahan, resiko tinggi terjadinya pendarahan atau homeostasis yang tidak lengkap, polip nasal, angioedema, asma, bronkospasma, hipovolemia, gangguan fungsi ginjal sedang sampai parah. Wanita hamil dan menyusui, hipersensitivitas terhadap obat-obat NSAID dan anak dibawah 16 tahun.

Ketorolac memiliki kontraindikasi sebagai analgesik profilaksis sebelum operasi mayor dan selama operasi apabila kondisi homeostasis pasien kritis karena dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan.

Ketorolac tidak dapat diberikan secara neuraxial (epidural atau intrathecal) karena kandungan alkoholnya.

Tidak dapat digunakan bersama dengan probenecid

Efek Samping

Dispepsia, gangguan saluran pencernaan, mual, sakit kepala, diare,    pusing, mengantuk, berkeringat, udem, sakit pada tempat suntikan

.

Peringatan Dan Perhatian’

Seperti obat NSAID lainnya, ketorolac tromethamine dapat menyebabkan iritasi, peptik ulcer perforasi atau pendarahan pada saluran cerna tanpa didahului gejala-gejala dan hendaknya diberikan dengan pengawasan pada pasien dengan sejarah penyakit pada saluran cerna.

Ketorolac bukan agen anastetik dan tidak memiliki efek sedatif dan anxiolytic. Sehingga sediaan ini tidak direkomendasikan sebagai medikasi suportif anastesi pre-operatif ataupun intra-operatif.

Retensi cairan dan udem pernah dilaporkan pada penggunaan ketorolac, sehingga hendaknya dilakukan pengawasan pada pasien penderita dekompensasi jantung atau kondisi yang serupa.

Ketorolac menghambat agregasi platelet dan memperpanjang waktu pendarahan.

Injeksi ketorolac yang diberikan secara intra muscular menyebabkan rasa sakit pada 2-4 % pasien.

Interaksi Obat

Walfarin, penghambat ACE, diuretik, agen nefrotoksik, obat-obat psikoaktif.

Penggunaan bersama dari metotrexat dan beberapa NSAID dilaporkan dapat menurunkan klmetotrexat, sehingga menigkatkan toksisitas dari metotrexat.

Penggunaan bersama dari ketorolac dan probenecid menyebabkan penurunan klirens dari ketorolac dan berbeda signifikan pada level plasma ketorolac.

Penghambatan klirens lithium di ginjal, yang menyebabkan peninglkatan konsentrasi plasma, pernah dilaporkan pada penggunaan bersama dengan obat-obat penghambat sintesis prostaglandin.

 Penyimpanan

 Simpan pada suhu kamar (dibawah 30ÂșC), terlindung dari cahaya

2. Dynastat inj

    Indikasi

Terapi jangka pendek untuk nyeri pasca operasi

Dosis

40 mg IV/IM diikuti dg 20-40 mg tiap 6-12 jam maks: 80 mg/hr. Lansia > 65 thn, BB <50 kg ½ dosis lazim, Maks : 40 mg/hr.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap salah satu komponen obat ini, riwayat hipersensitif terhadap sulfonamide, bronkospasme, rhinitis akut, polip nasal, edema angioneurotik, reaksi tipe alergis sudah menggunakan asam asetil salisilat atau AINS atau penghambat siklooksigenase-2 selektif lain. Gangguan hati berat, tukak peptic aktif atau pendarahan.


Peringatan

Bedah pintas koroner, gangguan ginjal, hipertensi, gangguan jantung atau hati, retensi cairan, dehidrasi, riwayat perforasi, ulkus, atau perdarahan, dapat menganggu kemampuan mmengemudi atau menjalankan mesin.

Efek Samping

Hipertensi, hipotensi, nyri punggung, edema perifer, hipoestesia, osteitisalveolar, dispepsia, kembung, peningkatan kreatinin, hipokalemia, agitasi.

Interaksi Obat

Warfarin, diuretik, antihipertensi, siklosporin, takrolimus, flukonazol, ketokonazol, rifampisin, fenitoin, karbamazepin, deksametazon, dekstrometorfan, flekainid, propafenon, metoprolol, omeprazol, diazepam, imipramin,litium.


PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkomsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susus dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.

Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.

Mengkomsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju, dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00.

3. Melakukan olahraga dengan beban

  Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

4. Gaya hidup sehat

Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alcohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan resiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda dan daging merah pun dilakukan secara bijak.



5. Hindari obat-obatan tertentu

Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikomsumsi dengan dipantu oleh dokter.

6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesterone. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause, tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.

Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang.

Untuk mencegah osteoporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.








BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Osteoporosis atau keropos tulang merupakan kelainan metabolik tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

2. Faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah Wanita, Usia, Ras/Suku, Keturunan, Gaya hidup kurang baik, Mengkomsumsi obat, Kurus dan mungil

3. Pencegahan osteoporosis yaitu Asupan kalsium cukup, Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore), Melakukan olahraga dengan beban , Gaya hidup sehat, Hindari obat-obatan tertentu, Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)



DAFTAR PUSTAKA

Bertram G. Katzung, (2004), “ Farmakologi Dasar Dan Klinik “, Bagian    Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika.


Ganiswarna, (1995), “ Farmakologi Dan Terapi”, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.


Joycek L. Kee Dan Evelyn Rhayes (1996),” Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Janet L.Stringer (2008) ” Konsep Dasar Farmakologi ” Penerbit Buku Kedokteran ESG, Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar